Selasa, 13 Juli 2010

dunia Maya, so Dizzy

Cracking…
Ingin memulai tulisan ini dengan kata itu. Tak asing bukan dengan kata itu. Tenang, saya tidak akan membahas itu, tidak ahli. Lain masalah, lain jawabnya. Saya ingin menulis pengembaraan saya didunia maya,seperti yang saya lakukan detik ini, sampai akhirnya giliran anda membaca tulisan ini. Lets begin…
Dunia maya atau internet begitu orang menyebutnya. Belum tahu juga, sebenernya apa hubunganmya dengan intranet dengan internet, ada yang tahu?, silahkan menambahkan di komentar pada tulisan ini. MIPA UGM khususnya, SIC ladang dunia maya terbuka.
Dengan teknologi nirkabel, dan jaringan koneksi LAN, internet bisa diakses langsung dari sekitar kompleks UGM.Tentu saja, yang sudah punya laptop [ pengen.. !].
Semua informasi terkini bisa didapatkan dengan mudahnya, begitu juga dengan berbagai tugas kuliah yang bejibun habis. Tentang dunia maya, kebanyakan aktivitasnya diranah ini adalah searching and chating. Searching , ya gitu degh, tinggal nanya sama bang google, tahu-tahu si abang akan molor O nya, semakin banyak O nya akan semakin seneng, perihal banyak yang akan didownload. Lain lagi dengan chatining, SIC contohnya tanpa kotak penghalang seperti warnet biasa, anda bisa menyaksikan, chating lagi.. chating lagi.

Sebenernya bukan masalah yang berarti, tapi akhir-akhir ini saya agak khawatir juga dengan diri saya yang hobi banget chating, sampai-sampai waktu setelah sholat yang bisa digunakan untuk tilawah, eh malah lari ke SIC. Alasannya siih biasa, mo cari data. Simple and finish.Masya Alloh…!!! miris juga neeh, ada aktivis seperti ini. Mau jujur, apa yang anda dapatkan dari SIC memang banyak, kenalan, obrolan yang menyenangkan, kartun yang menarik, gliter yang perfect, and liat tampang yang kiyut-kiyut di Friendster [ halah.. klo yang seperti ini saya ga masuk kategori :D ]
Dan tentunya, semua sebab pasti ada akibatnya. Selama perjalanan 2 tahun di MIPA [ kapan lulusnya neeh ..] mengikuti juga alur perjalanan di dunia maya, ada teman chat yang masih sering online, baik hati, tidak sombong and etc. Pasti kamu sendiri juga punya khan..[ dijawab dalam hati saja..]. Banyak sekali yang bisa didapatkan dari teman-teman chat, mulai dari urusan politik, agama, rumah tangga, programming, sampai urusan kesehatan semua ada, tinggal pandai-pandai mengarahkan alur-alur pembicaraan. Suatu kemirisan terjadi dihati saya terkait dengan saya sendiri dan umumnya kaum MIPA. . Ternyata SIC tercinta, telah beralih fungsi, kadang-kadang saya berpikir ia menjadi musuh. Ya musuh dakwah yang harus segera dimusnahkan, tahu tidak kenapa saya ngomong seperti ini, beberapa hari yang lalu tanpa sengaja, memergoki mahasiswa yang membuka film and video mesum. Ughh.. langsung darah saya naik, andai saya ikhwan, ingin kutonjok itu muka.. [ sereeemnya nih anak..! ]. Gila, hari gini, masih aja ga cerdas. Mau mengingatkan, … takut…, soalnya serem juga she orangnya, mau lapor, lapornya gimana. Dengan berat hati, saya hanya menghindar. [ ngakunya aktivis neeh…!! ] . Lalu gimana lagi,.. ada yang tahu apa yang musti saya lakukan [ kasih di komen lagi ya..]
Tentang SIC lagi, kok masih ada pungli di MIPA ini, masak mau ngesave data pake USB aja mbayar, walaupun mbayarnya Cuma seribu tapi kalo untuk bolak balik ngesave dalam hari yang sama, banyak ngoras kocek, bukankah ini adalah fasilitas, toh ada juga mahasiswa yang tidak habis jam SIC nya, klo ditransfer untuk biaya pen-scanan dan pembersihan file di semua kompie, masih cukup degh [ hayo anak statistic, di kasih polling tuh ] Polling berapa jumlah mahasiswa yang jam SICnya masih banyak. [ rugi, tahu..! ] atau pelayan di SIC yang melakukan itu, saya rasa itu tidak mungkin. Tinggal cari data di operator login di SIC, kayaknya ada.
Saya kadang juga BT, nunggu lemotnya loading internet. Klo ini jangan nyalahin SICnya, TELKOM nya tuh yang disalahin. Heran, hari ini seperjalanan dari mushola ke sini, semua pelanggan SIC membuka yahoo massanger, GAIM dan Mirc. Pokoknya chating abis degh, ya asal tahu waktu saja, jam segini harus melakukan apa, jam segitu harus melakukan apa. Seperti yang saya bahas diatas, chating tenyata membuat seseorang berpikir instant, refleks instant, cerdas instant, problem solving tinggi, dan kecepatan memencet tuts key bord jadi semakin tinggi. Itu dampak positifnya, dampak negatifnya, nguras waktu, kadang pembicaraan tidak terarah, berkhayal, sering termasuki fikroh yang tidak jelas, jatuh cinta sesama chaters [ halah..] Dan yang paling ditakutkan adalah melemahnya militansi kader dakwah. [ nyadar ga seegh..! ]
Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan ade’ angkatan, ada yang memberinya amanah untuk manhandle acara ini, acara itu, pokoknya tsiqoh deh dia bisa melakukannya, tapi apa yang terjadi produktivitasnya melemah terhadap dakwah ini, ia semakin hari semakin tidak amanah, usut di usut ternyata kena VMJ dengan chaters. Lainlagi masalahnya, ada seorang kabid mengajak syuro’ bahas acara penting, yang diajak selalu tidak ada waktu untuk melukannya, usut di usut lagi,, dia banyak sekali menghabiskan waktunya di chat [ Masya Alloh..! ]. Ya ampun, sudah berubahkah tingkat keizzahan ini ikhwah. Padahal dulunya, ia muharik banget. Atau terkadang saya mikirnya aneh jangan-jangan chating ini digunakan sebagai media perjodohan. Padahal sesuai dengan prinsip saya, selama saya mengembara di dunia perchatingan , tidak pernah tuh ngasih nomor HP, ngasih picture and foto-foto saya, diantara kalian, pernahkah menjumpai foto ane nampang di internet, tidak khan..?. Dan selama ini alhamdulillah, belum pernah melanggar prinsip ini.
Setelah membaca Aisya saya terkadang juga heran, media perjodohan di Belanda dan Austria dan Pakistan ternyata chating ini digunakan untuk media perjodohan, unik. Metode semacam ini apa sudah menyerambah ke Indonesia?.[kali yee..] Tentang media perjodohan ini, mereka sebelumnya chating di suatu room dengan nama room tertentu tapi memang room itu dikhususkan untuk mencari jodoh, setelah itu 2 bulan kemudian mereka ketemuan taaruf seminggu dan memtuskan mau nikah tidak. Klo ga ya sudah.. Dan itupun berlangsung dengan waktu yang lama sampai sekarang. Ada segi nehgatif dan positifnya , silahkan dikaji sendiri. Mo TTM -an dulu sebelum nikahm, wah payah!!. Lebih baik jaga izzah antum, sebagai seorang muharik dakwah . Penerus wasilah dakwah, jangan tertipu barang embel-embel pembicaraan yang sekiranya basi. Dan non manhaji.
Nah , chating adalah dunia maya, janganlah kamu diarahkan olehnya tapi jadikan kamu pengarah pembicaraan itu. Sekalipun anda di dunia maya, tetep jagalah keizzahan anda. Yo wes gitu aja,, semoga bermanfaat. Btw anak anak MII pada suka chatingkan, kapan kapan kita buat buku panduan chating islami. Oke. ? Konsepers WOW boleh juga ikut.


http://mii.fmipa.ugm.ac.id

SMS, Ta’aruf Gaya Baru

Memang setan selalu berusaha menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Memperdaya manusia dengan memberikan rasa aman terhadap tindakan dosa, dan membuat rancu akal manusia dengan mengedepankan hawa nafsu. Jadilah manusia tertipu. Salah satunya dengan memilih media SMS sebagai ta’aruf gaya baru.
Nah, bagaimana sebenarnya penggunaan SMS sebagai ta’aruf? Marilah kita ikuti hasil wawancara Nikah dengan 2 orang responden berikut ini.
Tak sesuai syariat
Responden pertama yang diwawancarai Nikah adalah Mudia PP Al-Ukhuwah Sukoharjo, Al Ustadz Aris Sugiantoro (32 th). Menurut beliau, SMS sebagai media ta’aruf merupakan cara yang tidak sesuai syariat.
“Sebelum perlu diketahui bahwa akad yang paling berbahagia dan penting yang berhubungan dengan muamalah adalah pernikahan. Juga, pernikahan merupakan suatu ikatan yang suci, oleh karena itu caranya harus sesuai syariat.” Kata sang ustadz yang pernah berguru langusng kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah selama 4 tahun.
Beliau juga mengingatkan kembali tentang perintah Allah SWT bagi para bujangan yang ingin menikah yaitu agar mencari jodoh yang baik, yang salih/salihah sehingga diharapkan mampu mendekatkan pada Allah SWT dan menghasilkan keluarga sakinah mawahdah wa rahmah. Dan caranya bukan dengan pacaran atau ber-SMS.
Cara-cara tersebut akan mendekatkan pada zina yang merupakan dosa besar, berikut penjelasan beliau,
“Allah SWT telah memberi batasan yang dihalalkan, janganlah dilewati. Dan sesuatu yang menuju zina, jangan didekati. Sebab, dengan mendekati zina akan lebih condong kepada dosa besar. Oleh karena itu dalam Islam ada perintah berhijab bagi wanita, larangan ikhtilat dan khalwat, serta perintah safar dengan mahram bagi wanita. Semua itu bertujuan untuk menghindari fitnah antar lawan jenis.”
Adapun responden kedua adalah seorang pengamat media massa Islam yang minta disebut Aa Koen (42 thn). Menurutnya, komunikasi antar lawan jenis baik langsung ataupun tidak langsung tidak diharamkan secara mutlak. Sebagai bukti jika kita menengok zaman sahabat dulu, mereka juga saling berkomunikasi. Contohnya dalam menuntut ilmu dan jual beli. Namun, penggunaan SMS untuk ta’aruf, beliau tidak setuju. Sebab akan membuka pintu fitnah dan mengandung banyak bahaya.
Membuka pintu fitnah

Bahaya ta’aruf lewat SMS sangat nyata dan mudah ditebak, apa coba? Berikut penjelasan Aa Koen,
“Dalam ta’aruf (dalam hal ini via SMS-red), kadang ada komunikasi yang tidak perlu contohnya menanyakan kabar, seperti sudah shalat malam atau belum, atau tanya kewajiban yang lain. Sebenarnya, itu hanyalah alasan untuk bisa berkomunikasi.”

“Walaupun bisa dijadikan sarana untuk memberi nasihat, dikhawatirkan akan menodai/mengurangi keikhlasan. Para ulama pun melarang komunikasi langsung (tanpa perantara-red) dalam ta’aruf. Untuk itu saling SMS perlu dihindari. Betapa banyak mereka yang tergelincir disebabkan fitnah komunikasi. Tak pandang bulu, baik orang awam atau para penuntut ilmu agama/da’I pun terkena juga”. Lanjut Aa Koen.
Fitnah hati memang sesuatu yang sulit dikendalikan, apalagi dalam masa kesendirian. Manusia hatinya sangat lemah. Di saat itulah setan masuk. Sehingga, menurut Ustadz Aris, seseorang tidak bisa beralasan bahwa dirinya mampu menjaga hati untuk melegalkan SMS dengan calon tambatan hati.
Bagaimana bentuk keintiman terbentuk lewat SMS? Aa Koen menggambarkannya,
“Saat pintu-pintu keakraban terbuka, keintiman akan terbentuk. Misalnya dengan mengirim kata-kata yang hanya bisa dimengerti kedua belah pihak. Contoh I miss you (ana kangen anta) disingkat “I M U”. Kata-kata itu tidak bisa diketahui orang lain, meskipun dibaca istrinya sendiri (bagi yang ber-sms-an walau sudah menikah).”

Menurut Ustadz Aris, bahaya lain ta’aruf via SMS adalah berita yang disimpulkan kurang akurat. Kecuali jika sudah ada orang yang benar-benar tahu kondisi ikhwan/akhwat tersebut. Seperti keadaan, sifat, akhlak, agama, dan lain-lain. Dalam hal ini, adanya comblang lebih bisa obyektif dan dipercaya.
Namun beliau menambahkan bahwa larangan ber-SMS itu tidak mutlak. Jika calon pasutri sudah mendekati hari H, tidak mengapa ber-SMS untuk menanyakan apa saja yang dibutuhkan, seperti mahar, surat-surat kelengkapan, dan sebagainya. Yang perlu diingat, jangan melebihi batas sebab bisa menjerumuskan ke dalam bahaya.
Kembali ke cara yang benar
Bagi mereka yang sudah siap menikah, jangan ragu menggunakan jasa perantara (comblang). Menurut Ustadz Aris, salah astu cara yang mudah untuk mengetahui keadaan (agama, akhlak, dan lain-lain) calon pasangan adalah dengan melihat pada keluarga.
Jika orang tuanya baik, Insya Allah anak-anak mereka akan dididik beragama dengan baik pula. Lalu kita perintahkan comblang untuk mengamatinya. Setelah merasa cocok dan condong/yakin akan jadi istrinya, barulah nazhar (melihat) untuk memutuskan apakah proses itu berlanjut ke pernikahan.
Aa Koen menyarankan agar sang comblang dipilih yang masih ada hubungan mahram, atau –kalau tidak bisa- orang lain yang mengerti syariat (minimal pergaulan dengan lawan jenis), agar hubungan antara kedua belah pihak tetap terjaga dan memudahkan komunikasi.
Untuk itu, marilah kita renungkan nasihat Ustadz Aris berikut ini. Beliau menghimbau agar para pemuda/pemudi kembali ke jalan Allah sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Sebab menikah itu ibadah dan menyempurnakan agama. Pernikahan adalah suatu ikatan yang suci dan untuk regenerasi, bukan sekeadr melampiaskan hawa nafsu. Untuk itu, janganlah dikotori dengan cara-cara yang tidak syar’i. (abu shafy)


Majalah Nikah, Vol.5 No.3, Juni 2006 Jumadil Ula 1427

kenapa ber-ane-antum?

Sering mendengar gaya-gaya bicara seperti itu? Bahasa arab campur-campur. Bagi teman-teman yang aktif pada kegiatan-kegiatan dakwah Islam tentunya sudah tidak asing lagi. Gaya bicara seperti itu seolah sudah menjadi sebuah budaya yang mewarnai aktifitas para aktifis dakwah.
Namun, sebagian orang menanggapi dengan skeptis tentang hal ini. Mereka berkata “Ngapain sih sok-sok arab segala?”. Dan komentar-komentar lain yang maksudnya menganggap gaya bicara seperti itu hanyalah sok arab, sok alim, sok anak rohis, atau sok agamis.
Saat orang-orang lebih nyaman dengan gaya gua-elu, dab, coy, aku, kamu, anda beberapa teman aktifis dakwah lebih suka ber-ane-antum. Bukan tanpa alasan tentu. Ketahuilah, bahwa membiasakan berkomunikasi dengan bahasa arab adalah amalan yang baik. Perhatikan penjelasan berikut ini.
Mempelajari Al-Qur’an itu wajib. Semua sepakat. Allah berfirman:
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya. Dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran dapat mengambil pelajaran” (QS.Shood : 29)
Namun Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab, dan bahasa arab bukanlah bahasa kita sehari-hari. Maka wajib bagi setiap muslim yang beritikad untuk mempelajari Qur’an untuk belajar bahasa arab. Karena tidak akan mungkin seseorang dapat mempelajari Qur’an dengan sempurna dengan terjemahan. Dan tidak akan mungkin seseorang dapat mempelajari Qur’an dengan sempurna, kecuali dengan mempelajari bahasa arab. Maka bila ada suatu ibadah wajib yang hanya bias dilakukan dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib pula. Dan kemudian, salah satu kiat untuk menimbulkan semangat dan menguasai bahasa arab adalah dengan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka para ulama pun berpendapat, membiasakan diri dengan bahasa arab adalah amal yang baik, sekaligus merupana syiar Islam di masyarakat. Seperti yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah, beliau berkata “Tidak ada jalan lain untuk memahami agama ini kecuali dengan memahami bahasa ini. Maka, memahami bahasa arab adalah termasuk bagian dari agama. Membiasakan berkomunikasi dengan bahasa arab akan memudahkan dalam memahami agama ini dan lebih memudahkan untuk menyebarkan syiar-syiar Islam. Serta lebih dekat untuk mencontoh generasi awal umat ini dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam seluruh urusan-urusan mereka(Syarh Al Iqtidhoo’ Shiroothol Mustaqiim, hal 211-212)


http://mii.fmipa.ugm.ac.id

Muratal

Bagi anda yang senang mendengarkan alunan ayat suci Al Qur'an, silakan klik!!!
Ahmad Saud - Al_Muzzammil ayat 1-20Ahmad Saud - Al_Mulk
Ahmad Saud - Al-Balladh
Ahmad Saud - Al-Qalam
Ahmad Saud - Al Fajr
Ahmad Saud - At_Tariq
Ahmad Saud - Ath_Thuur
Ahmad Saud - Al_Buruj
Ahmad Saud - Al_Falaq
Ahmad Saud - Al_Adiyaat
Ahmad saud - Al-a'la

Rabu, 07 Juli 2010

Ga Liqo Ga Untung

Ga Liqo Ga Untung

Dunia dakwah kita juga merupakan kompetesi. Hanya mereka yang terperdayakan yang senantiasa siap memikul dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu. Tim dakwah membutuhkan anggota tim yang cerdas, qowi, matin, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut hanya didapatkan dengan pembinaan diri. Artinya, kita memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Kebutuhan perpolitikan dakwah membutuhkan komitmen yang jelas. . Yang mengharuskan kita berdakwah bukan dengan figure tetapi dengan dakwah itu sendiri. Telah jelas kebutaan objek dakwah yang kita hadapai saat ini adalah orang-orang yang buta terhadap “materi” dan “kepemahaman” Islam dan hanya menonjolkan figuritas semata. Terbukti pernikahan kedua Aa Gym dihujat oleh “ pengikut”nya sendiri, “ pengikut” yang kesannya hanya menonjolkan dari sisi figurnya saja. Padahal masih banyak yang perlu di cross cek balikkan. Kesalahan ini semestestinya mampu menjadi ibroh bagi mereka yang mengaku gerakan barisan dakwah. Sehingga barisan ini mampu mengubah metodologi dakwah yang selama ini mereka pergunakan. Kebutuhan objek dakwah tidak semata-mata figure tetapi tetapi dengan aktivitas dakwahnya.
Liqo? Bagaimana kita mempossikan keberadaannya. Sesuatu aktivitas rutin mingguan, apakah sudah benar-benar membina diri dan memperbaiki diri kita. Atau hanya sekedar formalitas absensi keberadaan kita di forum suci tersebut. Liqo, suatu cincin lingkaran yang menyatukan beberapa orang dengan berbagai pemikiran dan taraf ilmu. Untuk itulah kita saling berbagi, saling memperbaiki bersama. Dakwah fardhiyah (person to person) yang membuahkan hasil yang paten dan permanen meskipun ini memerlukan waktu yang lama dalam istilah kerennya ISTIMRORIYAH (bertahap dan berkesinambungan), . Sudah barang tentu diakui bahwa pembinaan diri individu yang kontinue dengan taraf dan target capain muwashoffat tertentu lebih menghasilkan perbaikan yang signifikan. Dengan catatan, liqo’ yang dilakukan muntij (produktif). Forum tersebut semacam kaderisasi sel yang membidik, memantau mengawasi mad’u yang membutuhkan energi tidak sedikit demi terbentuknya seorang yang berkepribadian yang Islami dan berkepribadian dai. Dalam biologi, sel adalah bagian terkecil makluk hidup. Kita adalah sel, Kenapa sel? Karena pada dasarnya kita adalah ornamen kecil pembentuk peradaban yang sedimikian besarnyatak ubahnya sebagai ornamen kecil tetapi fundamental yang menopang tegaknya peradaban yang akan kita bangun dan cita-citakan. Tak hanya itu forum liqo mempunyai pengarahan strategi dakwah kedepan. Bukan berjalan tanpa arah, atau bahkan kehilangan arah. Arah perjuangan yang telah dirintis para muasis dakwah sejak dulu apakah terhancurkan karena ketidakrapian kita dalam barisan ini.
Seberapa urgent kah forum halaqoh ini untuk perkembangan dakwah, baik fase tandzimy (system) dan fase takwiny< (pembentukan awal) seseorang. Hasil yang kongruen seharusnya!, semakin banyak umur liqo seseorang semakin banyak capain muwashoffat yang ia punyai. Sejalan dengan itu perbaikan diri akan semakin teruji. Seperti itulah liqo’ yang ideal. Atau jangan-jangan semakin tua umur liqo kita berumur semakin kacaw saja perbaikan kita. Sungguh ini adalah sesuatu yang sangat disayangkan dan perlu dicari akar permasalahan yang kemudian dari akar permasalahan itu dapat diketemukan solusi yang real.
Sakralnya forum ini, kadang tidak terlalu diperhatikan. Mungkin ada yang beranggapan sesuatu yang ada disana adalah sesuatu yang disetting “ seperti itu –itu saja” diawalitasmiyah, tausiyah bergilir, curhat n the solusi ( Qodhoya wa Rowa’I ), Taujih dari Mr, hamdalah. Seperti kebiasaan, yang katane’ sesuatu yang dibiasakan dalam amalan itu bid’ah. Sebenarnya modifikasi dalam Liqo’ sah-sah saja, kenyamanan dan ketidaknyamanan dalam forum tanggungjawab bersama antara Mr dan Mtr. (baca Murrobi’ dan Mutarrobi’). Bukankah ada sarana (usroh) yang lain seprti mukhoyam (berkemah), ta’lim bersama, kunjungan ustdaz, rihlah, mabit ruhy, dsb. Sehingga terkadang seorang aktivis dakwah lebih mementingkan kegiatan lembaganya daripada forum ini. Sejauh mana keterikatan hati ini dalam memperjuangkan kepentingan umat demi sesuatu yang seharusnya memantik kita untuk memperbaiki diri. Jika antunna semua kurang menganggap pentingnya Liqo’ dalam aktivitas dakwahnya perlu dibuat grafik produktivitas di lembaga dan ranah kajian lain. Kita adalah batu bata penyusun tembok tinggi peradaban, tak peduli kita berada dimana, diatas atau dibawah, atau bahkan sebagian diri kita terpotong untuk mengganjal dan melengkapi lubangan tembok peradaban itu. Sudah selayaknya kita bersabar, kesabaran untuk proses kita menuju tercapainya kebangkitan islam yang kita idam-idamkan.
Sebenarnya banyak metode lain untuk memperbaiki diri dan penanaman konsep pemahaman selain liqo, bisa melalui ta’lim, dauroh, mabit ruhy, dan diskusi. Akan tetapi nilai lebih dari liqo’ perkembangan dari mad’u bisa terpantau dan terperdayakan sesuai dengan galian potensi yang ia miliki. Pada dasarnya dalam semua lingkungan dan ranah manapun kita bisa berdakwah, dalam hal ini tentunya memerlukan kader yang mempunyai spesifikasi dan kualifikasi yang memadai untuk diterjunkan dalam amanah dan wasilah serta wajihah tertentu. Oleh karena itu bukan hanya sekedar keaktifan ia di wasilah tertentu tetapi kadar keislaman dan kepemahaman syumulatul dien yang ia punyai. Aktivitas di medan dakwah memerlukan orang-orang yang komitmen dan sekaligus “paham”. Tanpa keduanya seseorang dalam menjalankan amanahnya akan cenderung fluktuatif dan unprogresif. Karena yang ia punyai hanya sebatas semangat tanpa diiringi kepehaman yang bersumber dari ilmu dien yang benar.
Orang yang rajin ta’lim juga tidak menjamin dalam hatinya sebenarnya pengen sekali menularkan ilmunya untuk orang lain tetapi tidak terlalu berani menyampaikan ke orang lain ( baca berdakwah red ) yang bukan teman dekatnya sendiri. Oleh karena itu solusinya adalah meliqo’i. Penanaman nilai-nilai keimanan yang dilakukan dengan cara-cara yang konvensional selama ini bisa terkalahkan pengaruhnya oleh derasnya arus informasi yang secara konsisten menyapa mereka. Kaum muslimin diperintahkan pergi ke masjid setiap hari Jumat untuk mendengarkan khutbah dari para khathib yang mengajak mereka kepada keimanan dan ketaqwaan. Majelis Ta’lim dan Tabligh Akbar senantiasa padat dihadiri kaum ibu di setiap tempat. Seminar-seminar dan diskusi keislaman mengupas berbagai tema juga marak dihadiri kaum muslimah. Seluruhnya itu tidak akan membawa dampak dan pengaruh yang kuat pada diri kaum muslimin dan muslimah apabila tidak dibarengi dengan proses penanaman nilai yang konsisten dan berkesinambungan.
Berbagai kegiatan yang ditawarkan untuk penjagaan keimanan selama ini masih diwarnai oleh sejumlah kelemahan dalam unsur taujih (pengarahan) yang ditampakkan antara lain dari silabus materi yang terprogram, terstruktur dan berkelanjutan. Sebagian yang lain masih berkesan “daripada tidak sama sekali”. Kegiatan untuk sentuhan awal dengan Islam yang penuh nuansa entertainment tersebut bisa tetap dilangsungkan, akan tetapi segera ditindaklanjuti dengan penawaran kegiatan tarbiyah (pembinaan), yang akan membawa masyarakat menuju kepada penanaman dan penjagaan nilai keimanan secara terprogram dan berkelanjutan. Tarbiyah menawarkan silabus yang mebuat peserta didik berada dalam suasana kesungguhan, bukan semata hiburan. Tarbiyah membawa masyarakat berada dalam suasana kedisiplinan dalam melakukan penjagaan diri, bukan semata-mata sebuah bentuk “mengisi waktu luang”.
“…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka “ ( Qs 3:190-191)
Liqo bukan segala-galanya tetapi segala-galanya bermula dari sini. Semacam doktrin resmikah ini? Tidak saudaraku. Memang ada benarnya, setiap pemantauan akan keikutsertaan kita dalam dakwah bisa dipantau dalam forum ini. Untuk itulah adanya forum berbagi diutamakan. Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan, ada seorang teman yang mengatakan perbanyaklah menuntut ilmu, karena ilmu yang benarlah yang akan menjaga kita, kalau boleh ana menambahkan saling berbagilah ilmu, Karena berbagi lebih banyak menuai arti.. Elemen penting yang mendukung terbentuknya liqo yang kondusif adalah murrobi, muttarobi, managemen forum, materi. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan murrobi adalah amniyah. Kenapa amniyah? Coba cari referensi sendiri!
Ga liqo Ga untung, apasih untungnya menyendiri dalam pergerakan dakwah ini. semua butuh penataan dan system, ada kalanya system teramat rumit dan elegan untuk kita jangkau.. Sistem sendiri sudah benar, hanya saja orang-orang yang berada didalamnya pembuat kebijaksanaan yang kadang kala tidak memuaskan Namun kekecewaaan dan ketidakpuasan sering kita terhadap system jangan pernah melunturkan semangat kita untuk berdakwah, bukan begitu saudaraku?
Ingatlah domba yang sendirian lebih mudah tertekam singa, daripada domba yang bergerombol. Barisan ini adalah barisan yang ditata, bukan barisan yang bergerombol tak beraturan. Bukankah kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Sehingga kita selalau dituntut untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa bukan untuk orang lain melainkan untuk kita sendiri. Perbaikan diri menuju yang lebih baik juga merupakan jihad. Sesungguhnya jika engkau berjihad, maka jihadmu adalah untuk dirimu sendiri.
“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bertaqwa” (Al Hujurat: 13).
Setelah kita dibina dengan liqo dan bergerak dibarisan dakwah dan terjerumus di jalan kebenaran (minjem istilahe havidz) perguliran dakwah harus kita lalui terus dan aktivitas berdakwah-pun seharusnya tidak berhenti. Dari tadi ngomongin dakwah melulu, sebenarnya apa yang kita dakwahkan? Sebagaimana ajaran keilahian dan pengutusan rosul dimuka bumi adalah untuk mengajarkan TAUHID dan AKHLAK dengan ILMU yang benar. Sehingga tujuan dari liqo terbentuknya pribadi yang islami dan pribadi seorang da’I tercapai hingga pada akhirnya kita menyadari bahwa sebenarnya kita dibentuk untuk menjadi seorang ustadziatul alam!
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (At Tahrim: 6 )
Masih mau bolos Liqo lagi? Masya Alloh…



http://mii.fmipa.ugm.ac.id

Senin, 05 Juli 2010

KEMENANGAN Orang-orang Mu'min

=>>> Tujuh Buah Sifat yang Menjadikan Orang-orang Mu`min Beruntung :

1. Senantiasa beriman . . .

2. Khusyu' dalam shalat . . .

3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna . . .

4. Menunaikan zakat . . .

5. Menjaga kemaluan; kecuali terhadap istri atau budak yang ia miliki . . .

6. Memelihara amanat-amanat (yang dipikul) dan janji . . .

7. Memelihara shalat . . .

Inilah orang-orang mu`min yang akan mewarisi Surga Firdaus dan kekal di dalamnya . . .

referensi : Q.S.AL-Mu`minûn [23] : 1-11



=>>> Pahala Orang Yang Beriman:
Q.S.Al-Baqarah [2] : 62
"sesungguhnya orang-orang mu`min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shâbi`în*, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah**, hari kemudian, dan beramal shaleh***, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka; tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. "

N/B :
*) orang-orang yang mengikuti syariat nabi-nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang, atau orang-orang yang menyembah dewa-dewa..
**) orang-orang mu`min, begitu pula orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shâbi`în yang beriman kepada Allah SWT.---termasuk beriman kepada Nabi Muhammad SAW.--- percaya kepada hari akhirat, dan mengerjakan amalan shaleh, mereka mendapat pahala dari Allah SWT..
***) perbuatan baik yang diperintahkan Allah SWT..